Rian merupakan temanku dari kecil, rumah kami berdekatan dan kami selalu menghabiskan waktu bersama.
sewaktu SMP,kami memiliki prestasi yang besar sehingga kami berkesempatan melanjutkan SMA negri terfavorit di daerah kami.
"yahh,baru kali ini nih kita ga sekelas " ujarku kesal,sembari duduk dibawah bangku memutar yang tengah-tengahnya terdapat pohon beringin yang teduh.
"iyanihh,yasudah gapapa nanti aku selalu samperin kamu ke kelas kamu kok" , Rian tersenyum sambil mengacak-ngacak rambutku.
aku balas tersenyum.
Dulu sewaktu kami masih SMP, pernah ada yang bilang Rian menyukaiku. Tapi aku tak menggubrisnya.
kami kan sahabat. Masa sahabat jadi cinta?
***
Sebalnya ga sekelas sama Rian begini, Aku jadi duduk sendiri. Bingung mau apa, aku jadi mencoret-coret kertas memakai spidol.
Aku menuliskan namaku dan Rian, saat sedang ingin menggroeskan nama Rian, tiba-tiba aku tersengggol seseorang,sehingga tinta spidol itu tergores abstrak.
Merasa kesal,aku langsung mendamprat orang ini
"Hey,liat-liat dong!!" , ketika mengetahui ternyata seorang laki-laki.
Bukannya minta maaf,cowo itu acuh dan meninggalkanku. Melihat sikapnya,aku langsung mengejarnya dan menepuk-nepuk punggungnya
"Lo tau gak sih,lo salah apa? Lo gadiajarin sama orangtua ya,kalo berbuat salah harus minta maaf??"
dia menoleh kebelakang dan langsung menatapku tepat di manik mata.
cowo ini memag tampan, tapi sayangnya rese!!
"itu cuman kecoret kan?emang penting ya? lagian lo juga cuman nulis nama pacar lo doang kan?ckck"
mendengar itu,rasa emosiku langsung mencapai titik didih yang paling tinggi. ubun-ubun ini rasanya seperti akan mengeluarkan asap
"Hihhh,loh tuh yaaaaa" baru saja tangan ini ingin menjitak kepala cowo itu, tiba-tiba seorang guru masuk dan langsung mengentak-ngentakkan penghapus papan tulis ke meja,membuat aku tersadar sedari tadi aku dan si cowo rese ini menjadi bahan tontonan anak-anak baru.
"cukup!!Kalian kenapa baru hari pertama sudah berantem begini, siapa nama kamu??" ibu guru itu mengarahkan dagunya ke arah ku
"Saya Chiara bu" ucapku sambil tetunduk malu. Sadar,aku sudah melakukan tindakan kekanak-kekanakkan
"dan kamu??" ucap ibu guru itu lagi,kali ini mengarahkan ke arah cowo rese itu.
"Saya Ray bu:
"Kalian sudah saling kenal?"
"Belum bu" aku yang menjawab
"Tapi kenapa bisa berantam?ayo lekas minta maaf". Ih,ogah banget, sudah jelas dia yang salah!
tidak ada yang memulai untuk mengulurkan tangan, baik aku atau si Ray-Ray itu.
"Cepat!!,kamu Ray cepat minta maaf,kamu laki-laki harus bisa lebih dewasa!",
Ray mengulurkan tangannya, aku cukup kesal dengan orang ini, jadi aku sekedar menyentuh jarinya dan langsung duduk dikursiku.
Masalah dianggap selesai.
"Kamu duduk dimana Ray?" tanya guru itu lagi, Ray hanya menggeleng. Sejauh ini kursi memang sudah full terisi.
"tunggu apalagi?segera duduk disamping chiara," guru itu mulai tampak tidak sabaran dengan Ray.
tunggu tunggu. apa?duduk denganku?
"bu,saya protes!"
"hey chiara tidak ada protes-protes. Kamu Ray,cepat duduk! saya tidak mau hari pertama menjadi berjalan terhambat karena kalian berdua"
aku tau,Ray juga kesal karena terpaksa harus duduk denganku, haha tapi aku jauhhhhh lebih kesal
"Lo itu rese!" bisikku ke tepat di telinganya.
***
"Kamu duduk dengan siapa yan?" tanyaku sepulang sekolah,kami berdua sedang duduk di dermaga danau.
ini merupakan tempat favorit kami berdua.
"hmm cowo,namanya sandy. Kamu?"
"nah itu!!aku keselll banget, aku duduk sama cowo namanya Ray. tadi pagi aku berantem sama dia"
"kamu berantem?kenapa?emang kamu kenal dia?dia ngapain kamu?tapi kok berantem bisa duduk sebangku?"
"iya,bu Sekar yang nyuruh dia duduk sama aku, dan gaboleh pindah-pindah. Katanya sih biar akur. ah aku kesel banget dehhhhh" aku menekuk mukaku,
Rian mencubit pipiku "ntar kesel-kesel jadi suka lohh" ujar rian menggodaku,
"aku suka sama dia?mending aku suka sama kamu....."
***
Hari-hari yang aku lewati dengan teman sebangku bernama Ray ini kayak di neraka, setiap hari ada saja bahan jailannya buatku. Tapi aku juga selalu membalasnya.
dari menaruh pasir kedalam tasnya, menghilangkan buku pr nya, mecoreti jidatnya sewaktu dia tertidur.
oiya,fakta unik dari Ray, dia selalu terlihat sendirian,mudah tertidur, dan wajahnya selalu seperti sedang kesakitan ataupun kecapean.
bibirnya pucat putih. dan tidak banyak mengikuti kegiatan-kegiatan , termasuk olahraga.
seperti saat ini, dia hanya sekedar mengganti bajunya dan duduk di pinggir lapangan. Anehnya pak Anton tak pernah marah dengan Ray,karna Ray selalu hanya duduk ketika jam pelajarannya. Tidak melakukan kegiatan olahraga apapun.
"Eh,aduh gelangku mana yaa" aku baru menyadari gelangku tidak ada di kolong meja. tadi aku melepaskannya ketika akan ganti baju
"kenapa ra?" tanya vaness,salah satu dari temanku
"gelangku hilang ness," ucapku panik sambil mencari-cari kalang kabut. Bukan apa-apa,itu gelang hadiah ulangtahun dari Rian dan bandulnya lucu sekali.
"hmm yang kayak gimana gelangnya?"
"warna biru donker trus ada bandul bentuknya Kunci G"
"loh itu bukannya yang diambil Ray ya?"
aku langsung menganggkat kepalaku. dan langsung mencari Ray
kali ini aku sudah muak dengannya,aku ingin memuntahkan semua rasa kesalku padanya hari ini juga.
"Balikin gelang gue!!" ucapku ketus
"gelang yang mana?" ucapnya datar, hihh rasanya pengen diremukin
"Balikin sekarang!!"
"Ngga"
"kenapa ngga??itu kan punya guee"
Ray hanya diam dan menatapku.
"ngga"jawabnnya penuh penekanan
"lo tuh kenapa sih suka banget bikin gue kesel. emang gue salah apa sih,sampe gue harus terus dikerjain.kok lo jadi cowo jahat banget sih" aku hampir menangis,bulir-bulir airmata sudah benar-benar ingin meluncur turun. aku bukannya cengeng,tapi ini sudah titik terahkir dari batas kesabaranku.
"hey jangan menangis,iya iya tunggu sebentar. tapi jangan menangis ya?" Ray terlihat gugup dan panik. aku sempat heran,kenapa tiba-tiba dia jadi lunak kayak gini
ketika Ray akan berbalik untuk mengambillkan gelangku yang tidak jelas letaknnya dimana,tiba-tiba lemparan kencang bola basket entah dari arah mana mengenai tubuh Ray.
sesaat aku mendengar erangan Ray, dan sepersekian detik kemudian Ray ambruk kebelakang yang langsung mau tidak mau mengenai badanku yang tepat ada dibelakangnya,aku ikut terjatuh sembari memegang badan Ray,berusaha menahannya namun alhasil tetap jatuh tersungkur ke tanah.
kepala Ray pas sekali ada di pahaku saat ini,
aku melihat mata Ray tertutup dan tangannya memegang pas didaerah bagian dadanya, di seputar tempat organ jantung diam disana.
antara panik dan takut, takut ini adalah sebagian dari tak tik jahilannya. Lagian dia kan hanya terkena gebokan bola kenapa sampe pingsan begini?
"Ray bangunn, jangan menjahiliku dengan cara kayak gini dong. bangunn" ucapku menepuk-nepuk pipinya. tidak ada respon, selain tekanan nafas Ray yang perlahan-lahan berubah menajdi lambat.
"Ray bangunn," aku jadi semakin khawatir dan panik,
orang-orang mulai ramai mengelilimgiku dan Ray, Pak Anton segera datang dan wajahnya sangat panik . sangat panik untuk ukuran guru olahraga setegas dia.
"Cepat bantu saya cepat ini daruratt" beberapa anak-anak laki-laki mulai membantu membopong. dan dengan tiba-tibanya aku refleks mengikuti sekerumunan orang yang membopong Ray.
Dan tidak disangkanya,Ray langsung dilarikan ke rumah sakit.
aku bingung, Ray itu kenapa. apa dia mempunyai asma akut?atau apaa???
***
Menit-menit sesudahnya aku sudah duduk dibangku tunggu rumah sakit bersama Rian,pak Anton,Bu sekar,dan keluarganya Ray.
daritadi aku memperhatikan keluarga Ray.
apakah ini ayah dan ibunya?tapi kenapa ekspresi wajah ketakutan lebih mendominasi di wajah kakeknya dari pada ayah ibunya?
"Kamu pacarnya Ray?" tanya salah satu wanita yang mungkin kutebak itu adalah ibunya
"bukan tante,saya hanya teman sebangkunya dan kebetulan Ray tadi pingsannya di...hmm didekat saya"
wanita itu mengangguk
"Nama kamu siapa nak?"
"Saya Chiara tante, maaf tante kalau boleh tau Ray itu kenapa?"
"Maaf pasti daritadi kamu bingung ya, sebenarnya ini rahasia Ray. Tapi...kebetulan kamu adalah teman sebangkunya kamu juga harus tau"
aku benar-benar bingung sekali, kenapa harus ada rahasia-rahasiaan?
"Ray lahir dengan jantung yang lemah,sangat lemah. ini dikarenakan sewaktu ibunya mengandung dia,ibunya mempunyai penyakit dan persoalan yang sama"
ibunya?ibunyaa? jadi wanita ini....
"maaf tante bukan...?"
"iya chiara,saya bukan ibunya saya tantenya. ibunya sudah meninggal sewaktu melahirkan dia, yang kemudian 9tahun sesudahnya disusul ayahnya.
aku terbujur kaku, seketika udara menjadi dingin. apakah benar semua pernyataan tadi?
aku nelangsa,merasa bersalah ketika mengucapkan kata-kata 'Lo gadiajarin sama orangtua ya,kalo berbuat salah harus minta maaf??' sewaktu aku berantem pertama kali dengannya
aku benar-benar ingin menangis.
semua fakta unik yang aku temukan darinya adalah sebuah alasan atas lemahnya jantung Ray.
"jadi keadaan Ray sekarang bagaimana tante?"
"kami selalu mengharapkan keajaiban terjadi.Minimal,seorang malaikat menolongnya untuk bertahan hidup"
***
"Aku tidak bermaksud membuatmu menangis, aku tidak bermaksud menjadi cowo jahat dimatamu. Aku mengambil gelangmu karena aku tadi melihat vaness ingin mencuri gelangmu, aku bermaksud ingin menggagalkan rencananya"
kata-kata Ray terngiang dikepalaku, sewaktu dia siuman itulah kata-kata pertamanya.Bukan kata-kata yang menjelaskan betapa sakitnya jantungnya ketika digebok bola sekeras bola basket
"Rian, apakah Ray akan sembuh?"
"aku tidak tau"
"aku merasakan kekhawatiran yang benar-benar sesak" ujarku sambil menangis tanpa suara
"Chiara,itu artinya kamu menyukainya. menyayanginya........."
***
Ray selalu mencoba menjadi lelaki remaja normal, dia ingin sekolah seperti yang lain, dia tidak pernah ingin terlihat lemah,terlihat sakit.
Ray masih terus harus dirawat, kalian tidak akan pernah tau betapa bagusnya kamar vip rumah sakit Ray.
terdapat balkon yang mengarah pada pandangan luas yang sekarang telah menajdi ladang perindustrian.
Hari itu,aku mejaga nya sepanjang malam di kamar rumah sakitnya.
aku tidak menyadari,betapa aku sayang padanya,betapa aku ingin dia benar-benar sembuh dan setidaknya menajadi Ray yang rese lagi.
Seperti biasa,aku menjaga nya ditemani Rian.
Hari itu aku tertidur larut malam dan tiba-tiba bermimpi,aku seperti melihat sosok malaikat bersayap megah berdiri di pintu balkon,aku tak ingat kapan pernahnya pintu itu terbuka.
Seperti kenyataan,aku menghamipiri malaikat itu, dan wajahnya mirip Ray. Bahkan aku curiga kalau itu Ray, tapi sekali lagi ini seperti diambang mimpi dan kenyataan.
"Sedang apa berdiri disini?apakah kamu tidak terbang mencari surgamu?" aku menegurnya,antara terpukau akan cahaya yang terselip dari sayap-sayap malaikat itu atau takut
"diluar terlalu dingin" dia berucap seperti Ray, segala jasmani dari malaikat ini seperti Ray. Anehnya aku bersikap biasa saja
Dan memang,malam itu udara sangat dingin karena baru saja turun hujan
"kalau kamu merasa dingin,ini ambilah", aku memaikan syal ku ke leher malaikat yang mirip Ray
"Terimakasih kamu sangat baik,tapi aku akan mati jika tetap terbang saat ini"
Aku terbangun, kepalaku benar-benar pusing. Benar,itu pasti hanyalah mimpi.
tiba-tiba seperti dejavu,aku melihat sosok berdiri dipintu balkon, namun tidak ada sayap pada sosok itu.
aku menoleh kearah tempat tidur.
kosong.
Berarti itu Ray.
aku menghampirinya,dan kemudian terkaget. Ray saat ini sedang memakai syalku, syal yang kupakaikan ke malaikat itu.
"kamu pasti bercanda, bagaimana kamu memakai syalku?"
"kamu sendiri yang memakaikannya"
"kamu berkata apasih?kamu mau bilang kalau kamu itu adalah malaikat yang ingin terbang tapi tidak bisa karna diluar sangat dingin bagimu untuk terbang?" jujur,aku takut. takut sekali.
"Aku tidak tau harus bagaimana menjelaskannya Chiara. Tapi,yang harus kamu tau,bahwa ibuku bisa bertahan melahirkan aku bukan karna jantung miliknya sendiri,itu jantung malaikat. Yang kini ada disini" Ray menunjukkan tepat di dadanya.
"Jantung ini tidak bisa bertahan lama, aku beruntung pernah bertemu dengan kamu sebelum masa waktu jantung ini tidak berdetak lagi, Aku menyayangimu Chiara,aku adalah malaikatmu sekarang. Ini waktuku untuk terbang mencari surgaku sekarang"
Dan fajar pun menyingsing,aku tak pernah tau betapa indahnya pemandangan matahari terbit.
Dan sayap pun mengembang bercahaya,
aku menangis, "Aku menyayangimu" ucapku sambil memeluknya.
entah memeluk Ray, sosok malaikat,atau memeluk bayangannya...........
the end
***
Ray selalu mencoba menjadi lelaki remaja normal, dia ingin sekolah seperti yang lain, dia tidak pernah ingin terlihat lemah,terlihat sakit.
Ray masih terus harus dirawat, kalian tidak akan pernah tau betapa bagusnya kamar vip rumah sakit Ray.
terdapat balkon yang mengarah pada pandangan luas yang sekarang telah menajdi ladang perindustrian.
Hari itu,aku mejaga nya sepanjang malam di kamar rumah sakitnya.
aku tidak menyadari,betapa aku sayang padanya,betapa aku ingin dia benar-benar sembuh dan setidaknya menajadi Ray yang rese lagi.
Seperti biasa,aku menjaga nya ditemani Rian.
Hari itu aku tertidur larut malam dan tiba-tiba bermimpi,aku seperti melihat sosok malaikat bersayap megah berdiri di pintu balkon,aku tak ingat kapan pernahnya pintu itu terbuka.
Seperti kenyataan,aku menghamipiri malaikat itu, dan wajahnya mirip Ray. Bahkan aku curiga kalau itu Ray, tapi sekali lagi ini seperti diambang mimpi dan kenyataan.
"Sedang apa berdiri disini?apakah kamu tidak terbang mencari surgamu?" aku menegurnya,antara terpukau akan cahaya yang terselip dari sayap-sayap malaikat itu atau takut
"diluar terlalu dingin" dia berucap seperti Ray, segala jasmani dari malaikat ini seperti Ray. Anehnya aku bersikap biasa saja
Dan memang,malam itu udara sangat dingin karena baru saja turun hujan
"kalau kamu merasa dingin,ini ambilah", aku memaikan syal ku ke leher malaikat yang mirip Ray
"Terimakasih kamu sangat baik,tapi aku akan mati jika tetap terbang saat ini"
Aku terbangun, kepalaku benar-benar pusing. Benar,itu pasti hanyalah mimpi.
tiba-tiba seperti dejavu,aku melihat sosok berdiri dipintu balkon, namun tidak ada sayap pada sosok itu.
aku menoleh kearah tempat tidur.
kosong.
Berarti itu Ray.
aku menghampirinya,dan kemudian terkaget. Ray saat ini sedang memakai syalku, syal yang kupakaikan ke malaikat itu.
"kamu pasti bercanda, bagaimana kamu memakai syalku?"
"kamu sendiri yang memakaikannya"
"kamu berkata apasih?kamu mau bilang kalau kamu itu adalah malaikat yang ingin terbang tapi tidak bisa karna diluar sangat dingin bagimu untuk terbang?" jujur,aku takut. takut sekali.
"Aku tidak tau harus bagaimana menjelaskannya Chiara. Tapi,yang harus kamu tau,bahwa ibuku bisa bertahan melahirkan aku bukan karna jantung miliknya sendiri,itu jantung malaikat. Yang kini ada disini" Ray menunjukkan tepat di dadanya.
"Jantung ini tidak bisa bertahan lama, aku beruntung pernah bertemu dengan kamu sebelum masa waktu jantung ini tidak berdetak lagi, Aku menyayangimu Chiara,aku adalah malaikatmu sekarang. Ini waktuku untuk terbang mencari surgaku sekarang"
Dan fajar pun menyingsing,aku tak pernah tau betapa indahnya pemandangan matahari terbit.
Dan sayap pun mengembang bercahaya,
aku menangis, "Aku menyayangimu" ucapku sambil memeluknya.
entah memeluk Ray, sosok malaikat,atau memeluk bayangannya...........
the end